Profil Desa Tlogolele

Ketahui informasi secara rinci Desa Tlogolele mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tlogolele

Tentang Kami

Profil Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, desa tangguh bencana di lereng Gunung Merapi. Mengupas tuntas geografi, demografi, potensi ekonomi pertanian dan wisata, serta strategi mitigasi masyarakat yang hidup di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

  • Lokasi Kritis

    Desa Tlogolele berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, dengan dusun terdekat hanya berjarak 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi, menjadikannya salah satu wilayah paling rentan terhadap erupsi.

  • Ketangguhan Bencana Teruji

    Masyarakat Tlogolele memiliki sistem mitigasi bencana yang matang dan teruji, termasuk Tim Siaga Desa (TSD) dan latihan evakuasi mandiri berkala, yang menjadikan ketangguhan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

  • Potensi Ganda

    Di balik bayang-bayang risiko vulkanik, desa ini memiliki potensi ekonomi yang besar dari tanah vulkanik yang subur untuk pertanian sayuran dan daya tarik wisata alam sebagai salah satu gerbang pendakian Gunung Merapi.

XM Broker

Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, merupakan sebuah etalase kehidupan yang unik di lereng salah satu gunung api paling aktif di dunia, Gunung Merapi. Terletak di ketinggian, desa ini tidak hanya menyajikan panorama alam yang memukau, tetapi juga menjadi contoh nyata harmoni antara manusia dan alam yang dinamis. Sebagai wilayah yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, masyarakat Tlogolele telah mengembangkan resiliensi tingkat tinggi, memadukan kearifan lokal dengan sistem mitigasi modern. Profil ini mengupas secara mendalam kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, serta strategi bertahan masyarakat Tlogolele dalam menghadapi ancaman erupsi Merapi yang selalu ada.

Geografi dan Posisi Administratif di Cincin Api

Secara geografis, Desa Tlogolele menempati posisi strategis sekaligus menantang. Wilayah ini ialah desa paling selatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang di sisi barat dan Kabupaten Klaten di sisi selatan. Letaknya yang berada tepat di antara Gunung Merapi dan Merbabu menjadikan Kecamatan Selo, termasuk Tlogolele, sebagai kawasan agraris dan wisata yang vital.Luas wilayah Desa Tlogolele tercatat sekitar 6,10 kilometer persegi. Desa ini terdiri atas delapan dusun, yakni Tlogolele, Tlogomulyo, Ngadirejo, Karang, Takeran, Stabelan, Belang dan Gumuk. Dusun Stabelan menjadi dusun yang paling dikenal karena lokasinya yang paling dekat dengan puncak Merapi, hanya berjarak sekitar 3 kilometer, menempatkannya pada zona risiko tertinggi saat aktivitas vulkanik meningkat.Batas-batas wilayah Desa Tlogolele secara umum ialah sebagai berikut: di sebelah utara berbatasan dengan desa lain di Kecamatan Selo, sebelah timur dengan wilayah Kecamatan Cepogo, sementara sebelah selatan dan barat berbatasan langsung dengan kabupaten tetangga. Topografi desa yang berbukit-bukit dengan kemiringan curam menjadi ciri khas utama, membentuk lanskap persawahan terasering yang subur berkat material vulkanik dari Merapi.

Demografi Masyarakat Lereng Merapi

Berdasarkan data kependudukan tahun 2020, jumlah penduduk Desa Tlogolele mencapai 2.786 jiwa yang tersebar di delapan dusun. Dengan luas wilayah 6,10 km², maka kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 457 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup signifikan untuk sebuah desa di kawasan pegunungan. Struktur sosial masyarakatnya masih sangat erat, dengan ikatan kekeluargaan dan gotong royong yang kuat, sebuah modal sosial penting dalam menghadapi tantangan bencana.Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran, memanfaatkan kesuburan tanah vulkanik untuk menanam berbagai komoditas hortikultura. Selain itu, sektor peternakan, terutama sapi perah dan kambing, juga menjadi penopang ekonomi keluarga. Generasi muda di Tlogolele mulai banyak yang terlibat dalam sektor pariwisata dan jasa, seiring berkembangnya Kecamatan Selo sebagai destinasi wisata alam dan pendakian. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat sangat dipengaruhi oleh ritme alam, khususnya aktivitas Gunung Merapi yang menjadi penanda musim tanam sekaligus sumber kewaspadaan.

Denyut Ekonomi dari Tanah Vulkanik

Perekonomian Desa Tlogolele bertumpu pada dua sektor utama: pertanian dan pariwisata. Tanah di wilayah ini diberkahi kesuburan yang luar biasa akibat pasokan abu vulkanik dari erupsi Merapi secara periodik. Kondisi ini menjadikan Tlogolele sebagai salah satu sentra produksi sayuran penting di Boyolali. Komoditas seperti cabai, tomat, kubis, dan berbagai sayuran daun lainnya tumbuh subur dan dipasarkan ke berbagai kota di Jawa Tengah.Namun kesuburan ini datang dengan risiko yang sepadan. Saat Merapi erupsi dan mengeluarkan hujan abu, para petani harus menghadapi ancaman gagal panen. Partikel abu yang tajam dapat merusak daun tanaman dan mengganggu pertumbuhan. Selain itu, pasca-erupsi, peternak seringkali kesulitan mencari pakan ternak yang bersih dari kontaminasi abu vulkanik. Tantangan ini menuntut para petani untuk memiliki strategi tanam yang adaptif dan kemampuan manajemen risiko yang baik. Beberapa inisiatif baru seperti pengembangan kopi arabika juga mulai digalakkan sebagai upaya diversifikasi pertanian dan konservasi lahan.Di sisi lain, sektor pariwisata menawarkan peluang ekonomi yang menjanjikan. Desa Tlogolele menjadi salah satu titik akses penting menuju jalur pendakian Gunung Merapi via "New Selo". Pesona alam pegunungan, udara yang sejuk, dan pemandangan gagahnya puncak Merapi menjadi daya tarik utama. Homestay, warung makan, dan jasa pemandu pendakian mulai tumbuh dan berkembang, memberikan sumber pendapatan alternatif bagi warga. Sinergi antara keindahan alam dan ketangguhan masyarakatnya menjadi narasi unik yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pariwisata berbasis pengalaman dan edukasi kebencanaan.

Tangguh Bencana: Hidup Harmonis dengan Merapi

Predikat sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana) bukan sekadar status bagi Tlogolele, melainkan cerminan dari cara hidup masyarakatnya. Tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, kewaspadaan ialah bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian. Sejak tahun 2006, desa ini telah memiliki Tim Siaga Desa (TSD) yang terstruktur dan aktif, beranggotakan puluhan relawan dari berbagai elemen masyarakat dan perangkat desa.Tim ini bertanggung jawab atas pemantauan aktivitas Merapi, penyebaran informasi peringatan dini, dan koordinasi saat kondisi darurat. Secara berkala, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD Boyolali, TNI, dan Polri, Desa Tlogolele menggelar simulasi evakuasi mandiri. Latihan ini tidak hanya melibatkan warga, tetapi juga evakuasi hewan ternak yang merupakan aset ekonomi vital. Prosedur evakuasi memprioritaskan kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas.Sistem peringatan dini memanfaatkan teknologi dan kearifan lokal. Selain informasi resmi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), masyarakat juga peka terhadap tanda-tanda alam. Jalur evakuasi dan titik kumpul sementara (TPPS) telah ditentukan dan dipahami oleh seluruh warga. Pengetahuan tentang cara melindungi diri dari hujan abu dan gas vulkanik sudah menjadi pengetahuan umum. Bagi masyarakat Tlogolele, Gunung Merapi bukanlah musuh, melainkan kekuatan alam yang harus dihormati dan dipahami, sehingga mereka dapat terus hidup berdampingan secara harmonis. Kesadaran dan kesiapsiagaan kolektif ini merupakan fondasi utama ketangguhan mereka.